Rahasia Otak Kanan Manusia
“Seseorang
yang pernah juara Olympiade Matematika dan Fisika bukan jaminan untuk bisa
memiliki pribadi yang unggul dan sukses. Karena mereka hanya mengandalkan otak
kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa kita kalah dengan bangsa lain.
Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah.”
Ternyata
tidak semua orang tahu perihal kehebatan dan rahasia otak kanan manusia.
Uniknya, berbagai macam respon timbul ketika mendengar informasi tentang otak
kanan.
Ada
yang menganggap biasa-biasa saja, ada yang sama sekali tidak pernah mendengar,
ada yang tidak percaya bahwa otak kanan terbagi dalam dua bagian dengan
fungsinya masing-masing.
Respon
lain, ada yang menganggap bahwa otak kanan berfungsi atau aktif secara
otomatis, apabila organ tubuh bagian kiri sedang bergerak, bahkan ada anggapan
tidak ada pembagian otak kiri, otak kanan, maupun otak tengah.
Yang
mereka percayai, otak manusia hanya satu.
….Karena
mereka hanya mengandalkan otak kiri saja, bukan otak kanan. Pantas, bila bangsa
kita kalah dengan bangsa lain. Itu akibat, otak kanan yang tidak terasah….
“Maka pantaslah jika
Indonesia tertinggal jauh dari negara-negara lain, Karena tidak tahu kehebatan
otak kanannya. Ketika manusia tidak mengetahui rahasia otak kanannya, bisa
dipastikan dirinya bukanlah orang kreatif, kurang peduli, kurang inovasi,
kurang kreasi, tidak sungguh-sungguh, dan kurang ikhlas,”
Otak
kanan yang tidak pernah diasah, bisa mengakibatkan seseorang kehabisan ide,
kurang rasa ingin tahunya, kurang disiplin, kurang tanggungjawab, kurang
menghargai orang lain, kurang menghargai keindahan, kurang menghargai kekuatan
hati, kekuatan cinta dan sebagainya. “Maka apakah kita masih mau menunda-nunda
untuk mengaktifkan otak kanan anak-anak bangsa?”
Islam dan Otak Kanan
Islam
adalah agama merangsang otak kanan manusia menjadi berfungsi. Betapa tidak,
ketika kita mencoba memahami bagaimana pergantian malam dan siang terjadi,
seperti dijelaskan dalam Al Qur’an.
Tentu
diperlukan daya imajinasi untuk bisa merasakan kebesaran Tuhan dalam
menciptakan alam semesta, menumbuhkan aneka tumbuhan, dan bagaimana Sang Khaliq
menurunkan hujan.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi seraya berkata: “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”. (Qs. Ali Imran 190-191)
“Tanpa
bantuan imajinasi, kita tidak sanggup melihat dan merasakan langsung
tanda-tanda yang dimaksud, dan tidak sanggup memikirkan penciptaan langit dan
bumi”
Bahkan
dalam hadits Nabi dikatakan:
“Sembahlah Tuhan-Mu
seakan-akan engkau melihatnya, dan apabila kamu tidak sanggup melihat-Nya, maka
yakinlah bahwa Allah melihat kamu.”
Sangat
jelas dalam hadits ini, perintah untuk seolah-olah melihat Allah dalam shalat
adalah pekerjaan imajinasi atau kemampuan “membayangkan.”
Seperti
diketahui, ayat-ayat suci Al Quran banyak menggunakan kata perumpamaan:
seakan-akan, seperti, yang tentunya membutuhkan daya imajinasi yang kuat.
“Tahukah Anda kalau daya imaninasi adalah tanggung jawab otak kanan?”
Allah
itu ada dan berwujud, namun kita tidak diperintahkan untuk membayangkan
bagaimana wujud Allah, karena akal manusia tidak akan dapat menjangkau apa-apa
yang tidak Allah izinkan untuk mengetahuinya,
- Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (Qs. As-Syuro: 11)
- Dan tidak ada satupun yang setara dengan-Nya. (Qs. Al-Ikhlas: 4)
Hasil Penelitian Mutakhir
Tahukah
Anda, bahwa kemampuan otak kanan itu memiliki kapasitas 90% dan otak kiri hanya
10-12%.
Hasil penelitian mutakhir di AS menyebutkan, peran logika dalam membuat
orang menjadi sukses hanya 4-6%, sedangkan 94-96% adalah tanggungjawab otak
kanan yang banyak berhubungan dengan inovasi, kreativitas, naluri, intuisi,
daya cipta, kejujuran, keuletan, tanggungjawab, kesungguhan, spirit,
kedisiplinan, etika, empati dan lain-lain.
Sedangkan
tugas otak kiri adalah yang selalu berhubungan dengan angka-angka, bahasa
analisa, logika, intelektual, ilmu pengetahuan.
Adapun
otak kanan bertanggungjawab dalam hal imajinasi, kreativitas, seni, inovasi,
daya cipta, intuisi, otak bawah sadar, keikhlasan, kebahagiaan, spirit,
keuletan, kejujuran, keindahan dan lain-lain. Selain diurusi oleh otak kiri,
juga menjadi urusan otak kanan.
….
Otak kanan dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam memori
otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori
manakala memori otak kita penuh.
Kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan
memori mencapai 10 pangkat 5 juta kilometer….
Otak
kanan, sesungguhnya dapat merekam dengan cepat dan tersimpan selamanya dalam
memori otak. Sel-sel darah manusia dapat menjadi cadangan tempat penyimpanan memori
manakala memori otak kita penuh.
Perlu
diketahui, kapasitas kemampuan otak kanan dalam menyimpan memori mencapai 10
pangkat 5 juta kilometer, yang kalau dihitung deretan angka nol di belakangnya
adalah sebanding dengan jarak antara bumi dan bulan 14 kali pulang pergi.
Lalu
apa pentingnya imajinasi?
Lebih
jauh, Arman member contoh, Albert Einstein menemukan teori relativitas karena
kekuatan imajinasinya.
Kemudian
sewaktu duduk di bangku sekolah, gurunya mengajari Einstein tentang kekuatan
daya imajinasi. Salah satu rahasia kecerdsasan orang Yahudi adakah kekuatan
imajinasi
Andrea
Hirata, penulis buku Laskar Pelangi bisa
sukses, bukan karena ilmu finance yang mereka pelajari di Sorbonne Prancis, akan
tetapi karena kemampuan daya imajinasi seorang Andrea kreatif meramu perjalanan
hidupnya menjadi suatu cerita yang menarik, lalu ditulislah kedalam bentuk
Novel Tetralogi Laskar Pelangi—sekarang menjadi novel berkelas dunia karena
sudah dialih bahasakan ke dalam berbagai bahasa. Novelnya kemudian difilmkan
dan sukses di pasaran
Salah
satu orang yang bisa membiayai untuk berwisata ke luar angkasa adalah pembuat
game computer dari Amerika Serikat (AS), keahlian untuk merancang game
komputer, tentunya membutuhkan kemampuan imajinasi yang tinggi.
Bahkan
orang terkaya di dunia, Billy Gates, pemilik Microsoft adalah seorang yang drop out dari perguruan tinggi. Tapi jangan ditanya soal
tekad dan daya imajinasi yang tinggi, sehingga mampu mendirikan perusahaan
Microsoft yang dibangun dengan modal tekad yang kuat.
Bahkan,
Matshushitya Konoshuke, pemilik perusahaan elektronik Jepang “Panasonic” adalah
mantan penjaga toko sepeda.
Termasuk
motivator sekaligus penulis buku terkenal Andri Wongso adalah anak dari
keluarga miskin di Malang yang tidak tamat sekolah dasar, tapi karena
keberaniannya bermimpi (daya imajinasi) akhirnya menjadi bintang film di
Hongkong serta membuat kata-kata mutiara yang ditulis di kertas pembatas buku
bernama Harvest.
Itu
artinya, cerdas saja tidak cukup, tapi diperlukan kreativitas dengan selalu
mengasah imajinasi, dalam hal ini merangsang otak kanannya.
God Spot
Peneliti
“Neuorolog” Michael Persinger di awal tahun 1990-an dan VS. Ramachandran
bersama timnya di Universitas California. Barat pernah meneliti, adanya titik
Tuhan (God Spot) dalam otak manusia.
Ternyata,
pusat spiritual yang terpasang ini terletak di antara hubungan-hubungan syaraf
dalam cuping-cuping temporal otak.
Melalui pengamatan terhadap otak dengan
topografi emisi, positron, dan area-area syaraf tersebut akan bersinar manakala
subjek penelitian diarahkan untuk mendiskusikan topik spiritual atau agama.
Menurut
ahli syaraf, syaraf ini memiliki gejala yang unik, karena tidak teraliri oleh
darah sepanjang hari, namun tidak mati. Syaraf ini butuh darah hanya 2-4 detik
saja sebanyak 5 kali sehari.
Syaraf
ini diyakini sebagai chip atau modem yang ditanam oleh Allah ke dalam otak
manusia agar mampu menerima hal-hal yang berhubungan dengan spiritual dan ilmu
yang datangnya langsung dari Sang Pencipta melalui ilham.
Sebaliknya,
apabila syaraf ini tidak aktif, maka orang tersebut sulit untuk menerima
hal-hal yang berbau moral/etika, apalagi spiritual.
Mungkin
pula syaraf ini yang tidak aktif pada anak kita, sehingga sulit untuk membentuk
karakter anak yang pada akhirnya nyaris gagal membangun karakter bangsa ini.
….Otak
kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati, kemampuan berkolaborasi dengan
hati, dan kemampuan daya kreatif….
“Otak
kanan memiliki kemampuan dalam hal rasa empati atau kepedulian yang tinggi.
Otak kanan juga memiliki kemampuan berkolaborasi dengan hati, memiliki
kemampuan daya kreatif dan seni yang tinggi.
Keistimewaan
otak kanan juga memiliki gelombang otak bersama gelombang alfa. Gelombang ini
yang bisa merasakan keikhlasan, kebahagiaan, ketenangan, kekhusyukan, relaxi,
hening, kepuasan, imajinatif dan seterusnya.
Praktisi
pendidikan Djauharah Bawazir menambahkan, untuk memfungsikan otak kanan anak,
perlu merubah metode dan paradigma guru dan pendidikan ke arah pembelajaran
yang lebih baik dan efesien.
“Pendidik
harus fokus. Setelah merubah paradigma, lalu ditanamkan kesadaran, disiapkan
mental berjuang dan pengorbanannya. Ingat, guru itu digugu dan ditiru,” kata
Djauharah yang juga Dosen PGTK Bunyan
Kata
Djauharah, ketika paradigma diubah, maka seorang pendidik akan diikuti anak
didiknya tanpa paksaan, disegani tapi dicintai, menjadi teladan, mengarahkan,
membangun semangat, mengembangkan cita-cita, dan memotivasi.
Ketika
pola didik dilakukan secara maksimal, maka terbentuklah karakter manusia yang
berilmu, bertakwa, ikhlas, santun, tanggungjawab dan sabar.
“Seorang
pendidik ketika memberikan hukuman kepada anak didiknya, bukanlah pelampiasan
kekesalan, tapi untuk kebaikan anak didiknya.
Jangan buat anak susah,
ketakutan, dan tertekan di kelas, sehingga menyebabkan anak tidak kreatif.
Pendidik yang sukses adalah ketika anak didiknya selalu senang dan bersemangat
pergi ke sekolah dan ingin sekali bertemu dengan gurunya”.
Jika
kita merenungi firman Allah dalam penggalan ayat 31 di Surat Al-Baqarah,
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,” . . .
niscaya
kita akan menyadari bahwa setiap manusia memiliki potensi kecerdasan yang telah
diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Wallahu ‘alam bish shawab
