Kejadian Ajaib
Dibeberapa
waktu yang lalu, saya sudah pernah menerbitkan artikel tentang seorang warga
negara Indonesia yang pernah bekerja di Palestina yang melihat langsung
keajaiban – keajaiban yang terjadi di Jalur Gaza.
Ya.. dia adalah Imanda Amalia yang dikabarkan tewas di Mesir di
beberapa tahun yang lalu, namun berita tentang imanda amaliapun menjadi
kontroversi banyak yang percaya dan banyak juga yang tidak percaya.
Artikel yang dipost pada blog Tausiyah
In Tilawatun Islamiyah ini, tidak luput dari pantauan ribuan
pengunjung per harinya.
Bagi yang
belum membacanya, silahkan baca pada link berikut :
Keajaiban ALLAH, Kesaksian
Imanda Amalia, WNI Yang Dikabarkan Tewas Di Mesir, Saat Mengunujungi Jalur Gaza
Palestina, Para Pejuang Palestina Diselimuti Hijab Putih Besar Seperti Kabut
Saat Ditembaki Tentara Israel
Namun,
postingan kali ini bukan lagi berita tentang Imanda Amalia. Melainkan tentang
peristiwa – peristiwa menakjubkan yang terjadi diseputar perang Gaza yang
dirangkum oleh seorang wartawan luar bernama thariq melalui kesaksian para
mujahidin, khatib shalat jum’at maupun dari kesaksian tentara zionis israel
sendiri juga dari situs resmi Al-Qassam maupun dari situs zionis israel dan
dari berbagai sumber lain.
Berita ini sudah marak
meluas didunia maya, karenanya akhi ukhti akan
menjumpai banyak artikel yang sama di search engine.
Namun demikian, berita ini masih akan tetap eksis melihat perjuangan saudara-saudari kita di jalur Gaza yang tampak belum berakhir walau sudah ada peningkatan status Palestina di PBB.
Namun demikian, berita ini masih akan tetap eksis melihat perjuangan saudara-saudari kita di jalur Gaza yang tampak belum berakhir walau sudah ada peningkatan status Palestina di PBB.
Kejadian Ajaib Dan Menakjubkan Seputar Perang Gaza
Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km
persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah
yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta
dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah
lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan
menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan
makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini.
Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza
atas penjajahan Zionis semakin menguat.
Akhirnya
Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008
hingga 18 Januari 2009.
Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun,
sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus
mundur dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan
senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan
lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi
pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia.
Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache,
serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu
membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau
hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para
pejuangnya yang taat dan ikhlas.
Kisah tentang munculnya
“pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad
para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah
beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan
para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.
Seorang
wartawan bernama Thoriq, merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai
sumber untuk para pembaca yang budiman. Selamat membaca.
***
:: Pasukan ‘Berseragam
Putih’ di Gaza
Ada
“pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan
Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung
Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal
Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh
sekelompok pasukan Israel.
Seluruh
anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah
satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.
Saat
diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip
cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa
para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu
malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu
pingsan.
Selama
tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para
pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara
itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”
Cerita lain yang
disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam,
Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel.
Sopirnya
ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang
itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir
ambulan.”
Akan
tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih
dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya.
“Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia
miliki.
:: Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah
mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di
wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga
ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar
Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang
khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah
disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.
“Saya
telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah
helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan
menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan
untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.
Akan
tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara
“Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka
Allah menguatkanmu.”
Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga
kali.
“Saya
mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah
terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu,
sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid
memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank
melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank
yang berada di dekatnya langsung hancur.
Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.
Cerita
yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs
alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya.
Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita
mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun
wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan
diri dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa
kalian menangis?” tanyanya.
“Kami
menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami
menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana
ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu
dari mana mereka datang,” jawabnya
:: Kesaksian Serdadu Israel
Cerita
tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina
atau warga Gaza.
Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal
serupa.
Situs
al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan
seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali
dalam keadaan buta.
“Ketika
saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan
menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota
pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah
berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana
asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.
Masih
dari Channel 10, seorang tentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan
dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami
tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”
Cerita
ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10,
siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? ***
Sudah Meledak, Ranjau Masih
Utuh
Di saat
para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan
menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah
kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu
para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat
mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka.
Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah
para mujahidin selamat.
Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak
disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi
untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama
kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut
ditanam.
Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas
peledak yang sudah tak berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak
bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin
disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.
Mereka
merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu.
Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba,
ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan
dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah
Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para
mujahidin segera melihat lokasi ledakan. Sungguh aneh,
ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan?
Wallahu a’lam.
Wallahu a’lam.
Masih
dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu
rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke
rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin
tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu
lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan
untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan
kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga
menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu
karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT)
telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.
:: Merpati dan Anjing
Seorang
mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan
(25/1/ 2009).
Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga
melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan
sang merpati.
Begitu
merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat
persembunyian mereka.
Ternyata dugaan mereka benar. Selang
beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi
cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs
Filithin Al Aan.
Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan
ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer
Israel jenis doberman.
Anjing
itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan
tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar
ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah
seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami
adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada
di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan
jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing
duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang
mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.
:: Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula
kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp
pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam
(17/1/2009).
Saat itu
sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank
Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat
mata-mata terus mengawasi.
Di saat
posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut
itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin
keluar dari kepungan.
Kasus
serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu
pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan
membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.
Awalnya,
pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank
tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami
berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu
Ubaidah.
Tiba-tiba
turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak
menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera
meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit
Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan
militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan
puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.
:: Selamat dengan al-Qur’an
Cerita
ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah
sakit As Syifa’.
Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengetahui ada
sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung
sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang
selalu berada di saku sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja
yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.
Kisah ini disaksikan
sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya
saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan
Al Muslimun (23/1/2009).
Dr Hisam
juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an,
serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru
tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur
di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik.
Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami
temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang
kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji
kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan.
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).
Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009).
:: Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As
Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi
sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di
Nashirat, Gaza.
Jasad
komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang”
setelah terkena rudal.
Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.
Sebelum
dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com
(24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di
rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul
bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang
yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu,
puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum
yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong
plastik.
Bahkan, menurut pihak
keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan
amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid
Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah.
Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua
Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah
para syuhada.
Sebagaimana dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar
kota dan desa-desa.
Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”
:: Dua Pekan Wafat, Darah
Tetap Mengalir
Yasir Ali
Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi
pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam.
Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.
Sebelumnya,
pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para
penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk
memperoleh pelatihan militer.
Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah
memperoleh apa yang ia cita-citakan.
Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan
wafatnya di medan pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan
meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa
darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir
dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang
sedang tertidur.
Sebelum syahid, para
pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis
Palestina, namun ia menolak.
“Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
“Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.
Kabar
tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di
kalangan penduduk Gaza.
Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)
:: Terbunuh 1.000, Lahir
3.000
Hilang
seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok
disematkan kepada penduduk Gaza.
Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur
Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan
bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza.
“Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
“Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Israel melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan
Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan
sebelumnya.
“Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza.
Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran.
Akan
tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada
sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran.
Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada islamonline.net (2/2/ 2009).
Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada islamonline.net (2/2/ 2009).
Rasio antara kematian dan
kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang
kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh
para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza.
Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka,” ungkapnya.
Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka,” ungkapnya.
Wallahu Ta’ala A’lam Bish
Showab..
