Israel Ingin Menghancurkan Masjidil Aqsa
Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat
Islam sedunia.
Jika sebelumnya kaum Zionis ini
melakukan hal tersebut secara diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, namun mereka
telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang
berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum
Muslimin.
Upaya Zionis-Israel
untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia.
Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum.
Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum.
Hanya saja, apa dasar
ideologi dan maksud-maksud tersembunyi di balik penghancuran
Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal
Sulaiman tersebut, hal ini masih
menjadi pertanyaan besar.
Klaim Sepihak
Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s,
370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan
kuil tersebut.
Setelah itu, tentara
Persia
yang dipimpin Cyrus merebut
Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali
Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan
kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah.
Abad demi abad
terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam
memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme
Internasional menyelenggarakan
kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya
dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong
memenuhi Tanah Palestina
yang disebutnya sebagai
Tanah Perjanjian.
Atas klaim
sepihak, kaum Zionis ini mengatakan
bahwa di bawah tanah Masjidil
Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri.
Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum
Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan
pula Vatikan.
Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat
yang dibawa oleh Musa a.
S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari
nanti seorang Messiah (The
Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan
bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah
inilah yang menjadi inti dari semangat
kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan
Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus
sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya.
Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar
tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat
berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan
masih berbeda pendapat.
Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah
Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya
merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi
fanatik berupaya membakar Masjid ini.
Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Belum cukup
dengan itu, di dalam terowongan-terowongan
yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar
dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah
masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh.
Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan
hendak menghancurkan Masjidil Aqsha.
Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Memperdaya Pemeluk Kristen
Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha
sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum
Muslimin.
Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Bahkan Injil
versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu,
tidak aneh jika sekarang ini
sikap politik umat Kristiani seolah sama
sebangun dengan kaum Yahudi.
Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Keyakinan Injil
juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka
bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya.
Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan
terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah
yang membuat orang-orang
Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha.
Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan
retorika dan racun Zionis sehingga
tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa
bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah
juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan
dan memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran
Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan.
Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta
di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi
untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni
si Yahudi itu sendiri.
